Memahami konsep penelitian kualitatif



Defenisi dan Karakteristik Penelitian Kualitatif
 
       Penelitian kunatitatif adalah penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan member pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk. Salah satu cara memahami perilaku dan pengalaman tersebut adalah memberikan intisari (essence) dari pengalaman hidup atau fenomena yang dialami individu atau sekelompok individu dengan lebih menekankan pada hubungan sebab akibat dalam menjelaskan perilaku individu tersebut (Poerwandari, 2009).
       Situasi atau fenomena yang dapat diteliti dengan pendekatan kualitatif antara lain: pengalaman kehidupan individu yang bersifat universal, berbagai peristiwa atau isu-isu sosial, ekonomi, dan politik yang memengaruhi kehidupan nyata manusia. Proses hubungan sosial individu dengan individu lain dan lingkungannya yang berujung membentuk suatu konsep, hipotesis atau teori baru, pemahaman budaya, perilaku atau kebiasaan saling berbagi satu sama lainnya dan menjadi perilaku dan budaya dalam aktivitas kesehariannya juga merupakan fenomena yang dapat diteliti dengan metode kualitatif.
       Untuk melakukan penelitian kualitatif, para peneliti kualitatif wajib memiliki berbagai kemampuan dasar tentang fenomena yang ditelitinya. Streubert dan Carpenter (2011) menyatakan bahwa para peneliti kualitatif perlu memiliki enam kemampuan dasar untuk mampu mempelajari fenomena yang mereka teliti secara kualitatif, yaitu: 
  1. Mempercayai dan mengakui adanya fenomena multi realitas yang dialami manusia dalam kehidupan nyata. 
  2. Memilih salahsatu metode atau pendekatan kualitatif yang tepat untuk memahami fenomena yang diteliti. 
  3.  Menerima berbagai cerita dan penjelasan dari sudut pandang para partisipannya. 
  4.  Melakukan penelitian berdasarkan konteks alamiah/field research dari fenomena yang diteliti 
  5.  Membutuhkan partisipasi atau keterlibatan penuh (immerse) dari peneliti pada keadaan dan dalam proses penelitian 
  6. Menulis laporan penelitian dan ditulis dalam bentuk tulisan yang berasal dari cerita para partisipan, bukan berasal dari asumsi pada dirinya.


Deskripsi dan Interpretasi Pada Hasil Penelitian Kualitatif

       Hasil penelitian kualitatif memiliki variasi metode atau cara dalam menuliskan dan melaporkan hasil penelitiannya. Penulisan dan pelaporan hasil penelitian kualitatif dapat dilaporkan dengan hanya memberikan deskripsi hasil penelitian tersebut, melakukan hasil penelitian dengan memberikan interpretasi pada data-data yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan, dan melaporkan hasil penelitian dengan cara keduanya yaitu memberikan deskripsi dan interpretasi pada data penelitian yang dihasilkan.
        Metode deskripsi adalah metode yang memiliki tujuan utama member gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa yang terjadi (what is going on). Metode ini digunakan ketika peneliti bermaksud menyampaikan gambaran seperti apa fenomena atau situasi yang ada atau bagaimana proses hubungan yang terjadi dari suatu fenomena yang diteliti. Richards dan Morse (2013) menjelaskan bahwa metode kualitatif deskripsi umumnya digunakan secara luas untuk mengevaluasikan suatu program atau suatu organisasi atau untuk menentukan, mendeteksi atau memonitor perubahan yang terjadi dari fenomena yang diteliti. Metode fenomenologi deskriptif, studi etnografi dan penelitian aksi (action research) merupakan pendekatan kualitatif yang umumnya menggunakan metode kualitatif yang bersifat memberikan deskripsi untuk menyampaikan hasil-hasil temuannya.
       Metode Interpretasi adalah metode kualitatif yang move “up” yaitu proses lanjutan dari metode kualitatif deskripsi untuk membentuk suatu konsep, hipotesis, atau teori tentang berbagai proses pengalaman individu yang ditemukan. Metode ini bertujuan mempelajari situasi atau fenomena tentang yang diteliti atau bagaimana situasi atau fenomena tersebut dapat dijelaskan melalui interpretasi-interpretasi penelitinya. Beberapa peneliti menggunakan teori-teori yang telah dihasilkan dari studi-studi sebelumnya atau literatur lainnya sebagai perspektif dasar, sementara sebagian peneliti lainnya menyusun atau berkontribusi menghasilkan teori middle range baru sebagai alat atau instrument untuk member penjelasan bahwa hasil temuan tidak berhenti hanya sampai pada hasil deskripsi saja. pendekatan fenomenologi interpretative dab berbagai penelitian sosial banyak menggunakan metode kualitatif yang memberikan interpretative pada data yang diperolehnya. Variasi lainnya, yaitu kombinasi antara metode kualitatif deskripsi dan interpretative banyak digunakan pada pebndekatan teorisasi dasar (grounded theory) dan penelitian yang menggunakan analisis wacana (discourse analysis)



Fenomena atau masalah yang membutuhkan pendekatan kualitatif

      Peneliti kualitatif lebih memberikan perhatian pada proses yang terjadi, yaitu proses yang dialami partisipan, proses terbentuknya konsep atau teori atau proses terbentuknya budaya atau perilaku selama kegiatan penelitian dilakukan disbanding memerhatikan hasil akhir atau produk yang dihasilkan.
        Sebagai contoh, pada permasalahan stress dan adaptasi yang terjadi pada klien penderita kanker dalam menjalani terapi kanker, peneliti kualitatif akan melaporkan hasil penelitiannya secar detail berdasarkan cerita atau ungkapan-ungkapan langsung dari klien dalam bentuk deskripsinya tentang seperti apa seorang klien mengalami stress dan upaya apa saja yang dilakukuan klien untuk dapat beradaptasi dengan permasalahannya. Peneliti kualitatif juga dapat melaporkan hasil penelitiannya dalam berntuk interpretasinya tentang bagaimana proses terbentuknya pola-pola stress dan proses berbagai upaya yang dilakukannya untuk dapat beradaptasi dengan penyakit dan terapi kanker yang dialaminya dan terjadi secara alamiah tanpa adanya perlakuan dari peneliti.
        Suatu isu atau permasalahan membutuhkan pendekatan kualitatif untuk menyelesaikannya ketika isu tersebut perlu dieksplorasi secara mendalam. Eksplorasi terhadap masalah tersebut dilakukan ketika variabel-variabel yang teridentifikasi pada masalah tersebut tidak mudah dilakukan pengukurannya.  Creswell (2013) menyatakan berbagai uraiannya terkait permasalahan-permasalahan yang membutuhkan pendekatan kualitatif sebagai metodologi penyelesaiannya sebagai berikut:

  1. Pemahaman pada fenomena yang akan diteliti ataupun yang mendasarinya sangat kompleks sehingga belum banyak terungkap dalam arti konsep-konsep, hipotesis, teori-teori atau hasil-hasil riset yang sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu  belum banyak tersedia
  2. Masalah terdapat kerancuan atau bias data/informasi dari fenomena yang diteliti atau masih terdapat kesenjangan/gap antara informasi satu dengan lainnya 
  3. Belum komprehensifnya temuan-temuan yang ada dalam menjelaskan fenomena yang diteliti, dengan kata lain variabel-variabel atau teorin dasar yang menjelaskan fenomena yang diteliti belum diketahui 
  4.  Situasi-situasi yang memahami kehidupan manusia yang kompleks dan multidimensi sebagai individu yang unik yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam dan terinci dari temuan-temuan sebelumnya
  5. Diperlukannya pengembangan suatu gagasan atau ide untuk menghasilkan suatu teori atau kerangka konsep yang merefleksikan berbagai sosial dan fenomena yang diteliti  
  6.  Kebutuhan untuk memberdayakan individu untuk berbagi cerita, mendengarkan cerita pengalaman hidupnya, dan mendekatkan hubungan yang sering kali terjadi di antara peneliti dan individu yang diteliti.



Filosofi, paradigma dan Berbagai Asumsi Pendekatan Kualitatif

      Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang mengeksplorasi, menemukan, menjelaskan dan menerangkan fenomena atau onjek sosial yang tidak dapat didefinisikan, diukur dan tidak dapat dijumlahkan secara numeric atau angka-angka. Jenis riset ini tidak mengadakan perhitungan statistic dan berfokus pada kealamiahan sumberdata yang diperoleh. Pandangan suatu filosofi mengenai karakteristik atau cirri khas yang menonjol dari riset kualitatif adalah menyoroti bagaimana para individu melalui narasi-narasi yang diceritakannya member makna dari berbagai pengalaman hidup dalam konteks sosial dan budaya yang ada di sekeliling mereka. Berbagai teminologi sering digunakan untuk member istilah lain dari riset kualitatif antara lain inkuiri naturalistik, etnografi, interaksionisme, simbolik, etnometodologi, fenomenologis, studi kasus, interpretative, ekologis dan deskriptif.
      Para peneliti perlu memahami  berbagai pemikiran filosofis yang terdapat pada pendekatan kualitatif ketika mereka melakukan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif didasari oleh beberapa paradigm (contoh: interpretative, fenomenologis, deskripsi, feminisme) yang mengandung keyakinan-keyakinan dan perlu memahami dan memercayai tentang ontology (sifat-sifat manusia dan realitas sosialnya), epistemology (hal-hal yang diketahui, mis: hubungan antara peneliti dengan situasi atau aspek yang diteliti), aksiologi (karakteristik penelitian kualitatif), dan metodologi (bagaimana cara melakukan, mis: melakukan prosedur riset kualitatif).
       Denzin dan Lincoln (2005) menyatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kehidupan manusia dan realitasnya ditinjau dari paradigm tentang ontology, yaitu makhluk seperti apa manusia itu dan bagaimna sifat realitas dan karakteristiknya, epistemology yaitu hak-hal yang diketahui peneliti tentang fenomena kehidupan manusia yang diteliti, dan metodologinya yaitu bagaimana cara peneliti dapat mengetahui cara untuk mempelajari kehidupan manusia tersebut, sebagi contoh, seperti apa dan bagaimana manusia mengalami fenomena kehidupan yang diteliti atu prose yang terjadi? Bagaimana manusia yang diteliti memiliki perilaku dan budaya tertentu? Berikut penjelasan tentang secara rinci tentang empat asumsi filosofis yang mendasari riset kualitatif antara lain:
  1. Asumsi ontologi menjelaskan tentang “ apa yang ada di dunia” dan “ hakikat sejatinya di dunia” (Wulf, Pedersen & Rosenberg, 2007). Sifat-sifat realiatas yang dimiliki manusia dan karakteristiknya dipelajari dan diakui karena keberadaanya di dunia. Ketika peneliti melakukan penelitian kualitaif, peneliti perlu memiliki ide yang multirealitas dan memercayai bahwa manusia adalah makhluk yang bersifat dan karakteristik yang multirealitas antara peneliti satu dengan peneliti lainnya memiliki perbedaan dalam menyampaikan multirealitasnya tentang sifat-sifat manusia. Mereka menyatakan berbagai pembuktian bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat-sifat multirealitas. Sebagai contoh ketika peneliti menggunakan metode fenomenologi, mereka melaporkan hasil pengetahuannya tentang bagaimana manusia yang satu dengan lainnya menyampaikan perspektif dan pengalaman hidup yang berbeda-beda (Streubert & Carpenter, 2011) 
  2.  Asumsi epistemology berkaitan dengan hal yang diketahui peneliti. Sesuai asal kata episteme (dalam bahasa Yunani, episteme = pengetahuan) adalah teori tentang pengetahuan. Asumsi epistemologis berhubungan dengan apa saja yang dapat diketahui peneliti tentang fenomena yang sedang diteliti. Dalam hal ini, isu epistemology membahas tentang hubungan kedekatan antara peneliti dengan partisipan yang diteliti. Para peneliti berusaha mengenal dan membina hubungan sedekat mungkin dengan para partisipan yang sedang diteliti.
  3. Asumsi aksiologi, membahas isu tentang nilai-nilai yang diyakini peneliti terhadap hasil-hasil penelitiannya. Peneliti mengakui dalam studi yang dilakukannya memiliki muatan nilai pengetahuan dan terdapat berbagai bias atau kerancuan yang dapat menjadi keterbatasan pada hasil penelitiannya. Peneliti perlu secara terbuka membahas berbagai nilai pengetahuan yang dihasilkan dari penelitiannya termasuk hasil interpretasinya sendiri dihubungkan dengan berbagi interpretasi para partisipannya (Creswell, 2013) 
  4. Asumsi metodologi menjelaskan prosedur atau cara bagaimana proses penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan logika induktif, yaitu penggunaan suatu konsep, teori dan analisis tentang cara kerja suatu penelitian. Asumsi metodologi dapat juga didefinisikan teknik-teknik mengumpulkan bukti-bukti ilmiah yang dilakukan peneliti dari suatu prosedur penelitian yang dilakukannya. Berbagai asumsi  metodologi membenarkan bahwa banyak metode telah digunakan pada penelitian kualitatif, diantaranya:
a.       Grounded Theory
b.      Metode naratif
c.       Metode etnografi
d.      Metode participatory action research
e.       Metode fenomenologi
f.       Metode studi kasus
  

Daftar Pustaka
  • Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among five Traditions. Thousand Oak.s California: SAGE Publication, Inc
  • Irwanto, Poerwandari, E.K, & Hardee, K (2009). In the Shadow of Men: Reproductive Decition-Making and Women’s Psychological Well- Being in Indonesia. Journal of Population, 4 (2), 87-114
  •  Speziale, H.J.S & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in Nursing: Advancing the Humanistic Imperative. 3rd ed. Philapelphia: Lippincot William Wilkins.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Memahami konsep penelitian kualitatif"