Pengertian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau sering disebut Classroom Action Research merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas. PTK umumnya dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu, di sekolah dan atau di tempat ia mengajar untuk tujuan 'penyempurnaan' atau peningkatan proses pembelajaran (Jasa Ungguh Muliawan, 2010:1).
Daryonto (2011) menyimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dengan demikian, PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi dikelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).
Sementara itu, Suharsimi Arikunto (2006), Penelitian tindakan kelas itu memiliki tiga pengertian sebagai berikut:
- Penelitian - menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hak yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
- Tindakan - menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
- Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Ruang Lingkup PTK
Secara teoritis rung lingkup PTK mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
- Siswa
- Guru
- Materi pelajaran
- Peralatan dan atau sarana prasarana pendidikan
- Hasil pembelajaran
- Pengelolaan (manajemen)
- Lingkungan
Karakteristik dan Manfaat PTK
Menurut Daryanto (2011), karakteristik PTK dibandingkan dengan penelitian lain sebagai berikut:
- Masalah pada PTK muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru itu sendiri, bukan oleh orang dari lua r. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis.
- PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self reflective inquiry). Untuk melakukan refleksi, guru sebaiknya bertanya pada diri sendiri, misalnya: apakah penjelasan saya terlalu cepat?, apakah saya sudah memberi contoh konkrit dan memadai?, apakah hasil latihan di kelas / pekerjaan siswa sudah saya komentari?, apakah bahasa yang saya gunakan dapat mudah dipahami oleh siswa?
- PTK dilakukan didalam kelas. Fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran di kelas yang berupa prilaku guru dan siswa dalam berinteraksi.
- PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. Oleh sebab itu, dalam PTK dikenal adanya siklus tindakan yang meliputi: perencanaan - pelaksanaan - observasi - refleksi - revisi (perencanaan ulang).
- PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesionalisme guru, karena PTK mampu membelakarkan gutu untuk berfikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan.
Adapun manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
- Manfaat bagi siswa dan pembelajaran, yakni untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut.
- Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Guru juga dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Selain itu, guru juga mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran. Disisi lain guru akan lebih percaya diri.
- Sekolah akan berkembang pesat dikarenakan para gurunya yang memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional.
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), agar peneliti memperoleh informasi dan kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat dan akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. Dengan demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian tindakan, tidak menimbulkan kerepoten bagi Kepala Sekolah dalam mengelola sekolahnya.
- Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filososfi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul-menyusul. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu di tingkatkan. Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan dan sesudah itu tentunya ingin melakukan perbaikan.
- SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analismis SWOT, teridiri atas unsur-unsur S-Strength (Kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan, O-Opportunity (Kesempatan), T-Threat (Ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
- Upaya empiris dan sistematik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya SWOT, tentu saja apbila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang di garap. Pembelajaran adalah sistem, yang keterlaksanaanya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
- Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:
a. S = Specific, khusus, tidak terlalu umum
b. M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
c. A = Acceptable, dapat diterima dilingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
d. R = Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan
e. T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
(Suharsimi Arikunto, 2006: 6-8)
Model Penelitian Tindakan
Dalam buku Prof. Suharsimi Arikunto, dkk (2006) disebutkan bahwa ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model gambarnya sebagai berikut:
a. S = Specific, khusus, tidak terlalu umum
b. M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
c. A = Acceptable, dapat diterima dilingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
d. R = Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan
e. T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
(Suharsimi Arikunto, 2006: 6-8)
Model Penelitian Tindakan
Dalam buku Prof. Suharsimi Arikunto, dkk (2006) disebutkan bahwa ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun model gambarnya sebagai berikut:
Sedangkan dalam buku yang ditulis Jasa Ungguh Muliawan (2010), tahapan atau mekanisme PTK terdiri dari lima tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi dan evaluasi. Berikut gambar modelnya:
Alur Penalaran Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), secara garis besar, alur penalaran karya tulis ilmiah (KTI) adalah sebagai berikut:
Alur Penalaran Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), secara garis besar, alur penalaran karya tulis ilmiah (KTI) adalah sebagai berikut:
Daftar Pustaka
- Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi.2006.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
- Daryanto.2011.Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.Yogyakarta: Penerbit Gava Media
- Unggu Muliawan, Jasa.2010.Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Belum ada tanggapan untuk "Mengenal Pengertian, Manfaat dan Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) "
Posting Komentar