Memahami model-model pembelajaran




Pengertian Model Pembelajaran

        Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Senada dengan pendapat Kemp, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya inmplementasi rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Roy Kellen (1998) dalam bukunya Rusman mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.                                                                                                                        
         Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif. Menurut Joyce & Weil: 1980) mempelajari model-model berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ia berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.



Dasar Petimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

          Dalam bukunya Rusman (2013: 132) sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:

1)      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
·         Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afertif atau psikomotor?
·         Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
·         Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?

2)      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau meteri pembelajaran:
·         Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
·         Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
·         Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?

3)      Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
·         Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematengan peserta didik?
·         Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi peserta didik?
·         Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

4)      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis
·         Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
·      Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan?
·         Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?


Ciri-ciri Pembelajaran

        Menurut Rusman (2013: 136)  model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu, sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Hurbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2)    Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berfikir induktif dirancang untung mengembangkan proses berfikir induktif
3)        Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreasivitas dalam pelajaran mengarang
4)        Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
·         Urutan langkah-langkah pembelajaran
·         Adanya prinsip-prinsip reaksi
·         Sistem sosial
·         Dan sistem pendukung
5)        Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran
6)   Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.


Model Pembelajaran Berdasarkan Teori


1)      Model Interaksi Sosial
Model ini didasarkan oleh teori Gestalt (Field Theory). Model interaksi sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antar indivisu dengan masyarakat (learning to life together).
Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah:
a) Pengalaman (insight/tilikan). Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memilki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsure-unsur dalam suatu objek.
b)  Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur Pengalaman (insight/tilikan). Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memilki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsure-unsur dalam suatu objek.
c)     Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran.
d)    Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai.
e)     Prinsip yang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan/field theory). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan di mana ia berada.
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a)  Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
b)  Pertemuan kelas. Bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab. Baik berhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c)    Pemecahan masalah sosial atau sosial inquiry, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
d) Bermain peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan
e)    Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.


2)      Model Pemrosesan Informasi

       Model ini berdasrkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemapuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimulasi dari lingkungan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan symbol verbal dan visual.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari:
·         Informasi verbal
·         Kecakapan intelektual
·         Strategi kognitif
·         Sikap
·         Kecakapan motorik

Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne adalah:
a.      Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi instrinsik dan ekstrinsik)
b.      Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
c.       Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa.
d.  Penahanan, menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Proses mengingat jangka panjang.
e.     Ingatan kembvali, mengeluarkan kembvali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan.
f.       Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
g.      Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
h.      Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.

3) Model personal (personal models )
Model ini bertitik tolak dari Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian pertama pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.

Implikasi teori humanistic dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b.      Tingkah laku yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do)
c.       Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d.      Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e.       Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn)
f.       Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.

Model pembelajaran personal ini meliputi srategi pembelajaran sebagai berikut:
a.    Pembelajaran non direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi
b.       Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan internasional atau kepedulian siswa.
c.         Sintetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.
d.        Sitem Konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.

4)  Model modifikasi tingkah laku (Behavioral)

       Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioral, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan. Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan prilaku yang tidak dapat diamati.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku, yaitu:
a.       Fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI)
b.      Penggunaan media
c.       Pengajaran berprograma (linear dan branching)
d.      Operant conditioning dan operant reinforcement


Daftar Pustaka
  • Kemp, Jerold E. (1995). Instructional Design. Belmon: California
  • Dick, Walter dan Carey Lou (1985). The Sistematic Design of Instruction, 2nd Edition, Glenview, Illinois : Scott, Foresman and Company.
  • Rusman. (2013). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.







Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Memahami model-model pembelajaran"