Pengertian
Peradaban Islam
Pengertian peradaban dibedakan cukup jelas oleh A.A.A. Fyzee
(1982: 7-11). Menurutnya, peradaban (civilization)dapat diartikan dalam
hubungannya dengan kewarganegaraan karena kata itu diambil dari kata civies
(Latin) atau civil (Inggris) yang berarti menjadi seorang warganegara yang
berkemajuan. Dalam hal ini peradaban dapat diartikan menjadi dua cara:
1. Proses
menjadi berkeadaban,
2. Suatu
masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju.
Dalam
bukunya Kontowidjoyo (1984: 114) dijelaskan bahwa bila pemahaman kita disini
akan ditekankan kepada makna peradaban,
maka pendapat Voltaire (1698-1778) menarik untuk diperhatikan. Peradaban adalah
gabungan dari semangat dan sikap serta cara-cara yang menuntun kehidupan sosial
dan perilaku masyarakat. Senada dengan pandangan Voltaire, Burchardt dalam karyanya The civilization of
Renaissance in Italy, menjelaskan peradaban italia itu pada abad ke – 14, 15,
dan 16. Kajian peradaban bukan tentang evolusi ekonomi, politik, institusi
keagamaan, perkembangan intelektual dan kegiatan- kegiatan artistic.
Pengertian
Islam, dalam bukunya Siti Maryam (2002:
9) dijelaskan bahwa tujuan hidup manusia bukan hanya mencari keselamatan
material (dunia) saja tetapi juga keselamatan hidup spiritual (akhirat),
sebagaimana pengertian lain mengenai “Islam”, yang bermakna penyerahan diri
atau ketaatan sepenuhnya kepada kehendak Allah untuk mencapai kepribadian yang
bersih, maka seorang muslim selalu menjalin hubungan denganNya dalam kepatuhan,
disamping hubungannya secara harmonis dengan sesamma manusia.
Oleh karena
itu, apabila makna Islam dipahami kaitannya dengan peradaban manusia, maka
sebagai agama monoteisme dapat menjadi dasar moral dalam pertumbuhan serta perkembangan kebudayaan suatu bangsa. Dalam hal ini,
peradaban islam sesungguhnya adalah suatu peradaban yang mempunyai kerangka
pedoman berdasarkan Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Sejarah
Peradaban Islam
Untuk
memudahkan pemahaman lebih lanjut dalam pembahasan ini, konsep “Sejarah
Peradaban Islam” diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan Islam
dalam perspektif sejarah. Pada karyanya
Ahmad Syalabi “Sejarah Dan Kebudayaan
Islam” dalam Siti Maryam (2002: 11)
membagi babakan sejarah dimaksud berdasarkan perkembangan Islam pada masa Nabi
dan para penguasa muslim melalui dinasti-dinasti Islam. Dalam karya lain
seperti yang dituliskan oleh Hasan Ibrahim Hassan dalam bukunya Djahdan Humam
(1989),” Islamic History and Culture”
(632-1986), periodisasi sejarah islam itu terbagi atas sepuluh babakan:
1. Periode
Muhammad dan kebangkitan Islam (571-632)
2. Kekhalifahan
Ortodok (661-749)
3. Zaman
Bani Umayah (661-749)
4. Zaman Abasiyah I (750-847 M)
5. Zaman
Abasiyah II (847-1055 M)
6. Zaman
Abasiyah terakhir (1055 – 1258 M)
7. Timur
tengah setelah Baghdad jatuh (1258-1520 M)
8. Timur
tengah pada abad – 18 (1520 – 1800 M)
9.Timur
tengah pada abad – 19 dan ke 20 sampai Perang Dunia I (1798-1914 M)
10. Dunia
islam sejak Perang Dunia (1914-1968 M)
Dalam
karyanya Ira M. Lapidus (1999) “ A
History of Islamic Societis” menjelaskan tentang periodisasi sejarah islam
dengan pembabakan sebagai berikut:
1. Periode awal peradaban Islam di Timur
Tengah (abad VII-XIII M)
Periode
ini disebut juga sebagai periode “ asal mula” yang merupakan era pembentukan
peradaban Islam sejak masa turun Al-Quran sampai abad ke-13 Masehi. Periode ini
bermula sejak masa Nabi Muhammas SAW. Dan disusul dengan periode Islam klasik
yang ditandai dengan kemajuan kepustakaan Arab, berbagai hasil pengajaran Islam,
dan asal usul peradaban Islam yang merupakan perpaduan dari tiga unsure
kebudayaan (etnis kesukuan, keagamaan dan aristokratik).
Perkembangan
peradaban Islam dalam periode tersebut bercirikan prpaduan antara peradaban
Islam dengan pola-pola institusi emporium Timur Tengah, pola ekonomi dan
monoteistik yang telah mapan sebelumnya. Perkembangan peradaban Islam itu telah
menjadikan periode ini sebagai era Islam mayoritas di Timur Tengah. Dalam
Periode ini pula umat Islam membentuk negara baru dan sejumlah insitusi
kemasyarakatan (sekteteologi, mazhab hukum, dan kelompok sufi) dan penyusunan
pola hubungan antara rezim politik dan Badan-Badan keagamaan. Dalam periode ini
pertumbuhan masyarakat berlangsung dalam keselarasan institusi dan agama.
Periode
awal tersebut secara lebih rinci lagi dapat dibagi menjadi 3 fase besar: pertama, fase penciptaan komunitas baru
yang bercorak Islam di Arabia sebagai hasil dari transformasi wilayah pinngiran
dengan sebuah kemasyarakatan kekerabatan sebelumnya menjadi sebuah tipe monoteistik
Timur Tengah dan secara politik sebagai masyarakat sentralisasi. Fase Kedua,dimulai dengan penaklukan
Timur Tengah oleh masyarakat Arab Muslim. Dalam fase ini Islam merupakan agama
dari sebuah negara kerajaan dan kalangan elite perkotaan. Adapun fase ketiga dapat dilihat dalam peran
nilai-nilai Islam dan kelompok elite Islam mengubah mayoritas masyarakat Timur
Tengah.
2. Periode penyebaran peradaban Islam Timur
Tengah ke wilayah lain atau disebut juga era “Penyebaran global masyarakat
Islam (abad XIII-XIX)”.
Pada periode ini, Islam bukan hanya
menjadi agama masyarakat Arab Timur Tengah, melainkan juga telah menjadi agama
masyarakat Asia Tengah dan Cina, India, Asia Tenggara, Afrika, dan masyarakat
Balkan. Proses penyebaran Islam itu ditandai dengan interaksi nilai-nilai Islam
dengan nilai-nilai kemasyarakatan setempat. Dalam periode ini pula berlangsung
konsolidasi sejumlah rezim Islam terutama Usmani, Syafawi, dan Mughal beberapa
negara di Asia Tenggara, Afrika dan wilayah lainnya.
Masing-masing sistem
kekuasaan Islam ini mendasarkan kehidupan peradabannya pada keyakinan, kultur,
dan institusi sosial Islam yang berinteraksi dengan organisasi kemanusiaan
dengan sistem produksi dan pertukaran ekonomi dengan bentuk-bentuk
kekeluargaan, kesukuan, dan dengan komunitas etnis non Islam atau dengan
model-model kultur non Islam dan pra Islam. Pada periode ini tampak aspek-aspek
peradaban Islam Timur Tengah ditransformasikan ke dalam sejumlah masyarakat
muslim di wilayah-wilayah yang berbeda.
3. Periode perkembangan Modern Umat Islam
(abad XIX-XX M)
Ciri periode ini adalah berlangsungnya
modernisasi dan transformasi masyarakat muslim. Dalam periode ini umat Islam
yang berbasis dominan di belahan dunia Timur berada dalam suasana terkacaukan
oleh campur tangan bangsa Eropa. Peradaban Islam dalam keadaan merosot akibat
kehancuran kekuatan imperium muslim, kemunduran ekonomi, konflik internal
keagamaan dan kebangkitan politik serta ekonomi bangsa Eropa yang didukung oleh
dominan cultural mereka. Keadaan seperti itu mendorong sejumlah pembaruan umat
Islam di abad XIX.
Dalam periode ini perubahan sejarah
diawali dengan gerakan-gerakan masyarakat muslim yang mengarah pada
gerakan-gerakan modernisasi. Pada masing-masing wilayah pengaruh kekuatan ropa
terhadap gerakan muslim itu berbeda-beda, baik secara institutional maupun cultural
dan perbedaan tersebut pada gilirannya melahirkan keragaman tipe masyarakat
Islam kontemporer. Ciri menonjol dalam perkembangan tipe masyarakat Islam
periode ini adalah peradaban yang merupakan produk interaksi antara masyarakat
Islam regional dengan pengaruh Eropa.
Periode
transformasi modern peradaban Islam itu, secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga fase, yang sekaligus memperlihatkan beberapa gambaran umum yang
berlaku diseluruh kawasan muslim:
Fase pertama,
merupakan periode antara akhir abad XVIII sampai awal abad XX, yang ditandai
dengan hancurnya sistem kenegaraan muslim dan dominasi territorial serta
komersial Eropa. Dalam fase ini elite politik, agama, dan kesukuan masyarakat
muslim berusaha menetapkan pendekatan keagamaan dan ideology baru bagi
perkembangan internal masyarakat mereka.
Fase Kedua,
yaitu fase pembentukan negara nasional yang berlangsung setelah perang Dunia I
sampai pertengahan abad XX. Dalam fase ini kalangan elite negeri-negeri muslim
berusaha membawakan identitas politik modern terhadap masyarakat mereka dan
berusaha memprakarsai pengembangan ekonomi serta perubahan sosial.
Fase ketiga,
ialah fase konsolidasi negara-negara nasional di seluruh kawasan muslim. Fase yang
berlangsung sekitar pasca Perang Dunia II ini ditandai dengan pertentangan
antara kecendrungan terhadap perkembangan yang tengah berlangsung dan peran
utama Islam.
Peradaban
Islam Modern Di Asia Tenggara
Menjelang
kedatangan bangsa Barat di Asia Tenggara sedikitnya terdapat tiga pusat
kekuatan Islam yang berbeda-beda kondisi politik, ekonomi, sosial maupun
budayanya. Ketiga pusat kekuatan Islam tersebut adalah Sumatera, Semenanjung
Malaya, dan Jawa yang terbagi dalam beberapa kerajaan dengan kondisi yang
berbeda-beda bail politik, ekonomi, sosial ataupun proses islamisasinya.
Di sumatera
dan sekitarnya, sejak keruntuhan sriwijaya muncul kerajaan-kerajaan Islam
seperti Pedir, Pasai, Tamiang, Siak, Indragiri, Rokan, Jambi dan Malaka.
Diantara kerajaan-kerajaan tersebut Malaka yang paling terkemuka, namun
kemudian jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1521 M. Setelah itu Samudera Pasai dianeksasi oleh Aceh Darussalam. Adapun
di Jawa, setelah keruntuhan Majapahit berdiri kerajaan Islam seperti Tuban
Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara dan Kudus.
Badri Yatim
(1995: 209) menyatakan kerajaan Aceh
Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan pada masa
pemerintahan Muzzafar Syah (1465-1497). Kegiatan perdagangan Aceh semakin maju
sejak Malaka dikuasai Portugis, karena para pedagang atau saudagar-saudagar
muslim memindahkan kegiatan perdagangannya ke Aceh.
Pada puncak
kemegahan Aceh hegemoni politik dan ekonominya mencakup Pidie, Pasai, Deli,
Aru, Daya, Labo, Singkel, Batak, Pasaman, Tiku, Pariaman, dan Padang, sedangkan
vassal-vasal di Semenanjung Malayu dalah Johor, Kedah, Pahang, dan Perlak. Kecuali
untuk memegang hegemoni dan juga dominasi ekonomi di Sumatera Utara dan Wilayah
sekitar selat Malaka, menurut Bustanussalatin, Iskandar Muda juga mengembangkan
kehidupan beragama Islam di Aceh, antara lain dengan membangun banyak masjid
serta melakukan perang jihad terhadap kaum kafir.
Demikian
halnya di Semenanjung Malaya banyak berdiri kesultanan muslim. Diantaranya yang
terbesar adalah kesultanan Johor (1512-1812). Kesultanan ini bukan merupakan
sebuah dinasti, melainkan sebuah wilayah kewenangan kekuasaan yang diperintah
oleh beberapa penguasa yang berlainan. Dalam hal Malaka, Johor juga berusaha
untuk menguasainya dengan jalan bertempur melawan Aceh dan Portugis. Ira M.
Lapidus (1999: 723)
Jawa merupakan
pusat kekuatan Islam yang ketiga, setelah jatuhnya kerajaan Majapahit pada
tahun 1527. Antara tahun 1513 sampai 1527 sebuah koalisi kerajaan Islam
menaklukkannya. Dari sini tumbuh dua kerajaan baru dijawa, kerajaan Banten
(1568) dan Mataram (1577). Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) dan
Sultan Mangkurat (1646-1677), Mataram telah mereduksi kekuasaan raja-raja local
dan menjadi kaki tangannya sehingga menjadi sebuah imperium yang menguasai Jawa.
Daftar
Pustaka
- Fyzee, A.A.A. 1982. Kebudayaan Islam (Asal usul dan Perkembangannya). Terj. Syamsuddin Abdullah. Yogyakarta: Bagus Arafah.
- Hasan, Ibrahim Hasan. 1989. Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Ibnu Humam.
- Kontowijoyo. 1984. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana
- Lapidus, Ira M. 1991. A History of Islamic Societies. Cambridge: Cambridge University Press.
- Siti Maryam, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fak. Adab.
- Yatim, Badri. 1997. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Belum ada tanggapan untuk "Mengenal Pengertian, Sejarah Dan Peradaban Islam Modern Di Asia Tenggara"
Posting Komentar