Pengertian, Wujud & Nilai, Tahap Dan Proses Kebudayaan

Pengertian Kebudayaan

        Kebudayaan menurut Koentjoroningrat (1990: 181) berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari "buddhi" yang berasal dari budi atau akal. Dengan demikian, kata "kebudayaan" dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
        Selain itu, A.L. Krober dan C. Kluchohn (1952) pernah mengumpulkan definisi tentang kebudayaan kurang lebih 160 macam defenisi, beberapa diantaranya adalah:
  1. E. N Tylor dalam bukunya yang berjudul primitive culture dikatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, didalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. 
  2. R. Linton dalam bukunya berjudul The Cultural Background of Personality menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan anggota masyarakat tertentu.
  3. C. Kluchohn dan W.H. Kelly mendefinisikan kebudayaan sebagai hasil tanya jawab dengan para ahli antropologi, sejarah, hukum, psikologi yang implisit, eksplisit, rasional, irasional terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
  4. Ralph Lonton memberikan definisi kebudayaan itu adalah sifat sosial manusia yang turun temurun.
  5. Dawson dalam bukunya age of the Gods mengatakan kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life) 
          Sementara itu, Widagdho (1991: 19-20) menyatakan kebudayaan sering diartikan sebagai the general body of the art, yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan manusia.


Wujud Dan Nilai Kebudayaan

          Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya. Adapun proses pelestariannya ditransmisikan dengan cara belajar dari apak yang telah tersusun dalam kehidupan di masyarakat. Sedangkan, wujud kebudayaan JJ. Honigmann dapat dibedakan berdasarkan gejalanya, yaitu ideas, activities dan artifact. 
          Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan apa yang disampaikan oleh Koentjoroningrat bahwa wujud kebudayaan ada tiga macam:
  1. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai-nilai
  2. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
        Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat manusia tidak lepas dari nilai-nilai yang telah dibangunny sendiri. Berbagai bentuk nilai-nilai budaya tersebut berpengaruh bagi kehidupan masyarakatnya. Karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep yang hidup di dalam alam pikiran sebagiaan besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup.


Tahap-Tahap Kebudayaan

          Menurut Van Peursen (1988: 18) perkembangan kebudayaan dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu:
  1. Tahap Mistis, adalah tahap dimana manusia merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan, seperti yang dipentaskan dalam mitologi-mitologi kebudayaan primitif.
  2. Tahap Ontologis, adalah sikap manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan kekuasaan mistis, tetapi secara bebas ingin meneliti segala hal ikhwal. Manusia mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang pada masa lalu dunia mistis merupakan kepungan bagi tahap ini mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar segala sesuatu (ontologi)
  3. Tahap Fungsional, sikap yang menandai adanya kehidupan manusia modern. Manusia pada tahap ini tidak lagi terpesona dengan lingkungannya dan kepungan kehidupan mistis, juga tidak lagi dengan kepala dingin mengambil jarak terhadap objek yang menjadi objek penyelidikannya.
          Ketiga tahapan diatas disamping memiliki hal-hal yang bersifat positif juga memiliki segi-segi yang bersifat negatif apabila memiliki tekanan yang berlebihan.


Proses Pembudayaan Budaya

          Sesungguhnya proses pewarisan budaya dari satu generasi kegenerasi berikutnya telah menyebabkan perubahan dalam tata nilai yang dianut oleh pewaris berikutnya. Perubahan itu terjadi ketika proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi terjadi pada diri individu. Ketiga proses ini dapat bervariasi dari individu yang satu ke individu yang lain, meskipun mereka hidup dalam masyarakat dan kebudayaan yang sama. Variasi budaya ini sering disebut dengan istilah sub culture (Dyson, 1997: 37)
         Adat istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai sangsional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Tingkah laku yang dianggap tidak cocok lagi, melanggar norma dan adat istiadat atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masukan sosial ( Kartono, 1992: 2).
      Perubahan kebudayaan dapat pula menimbulkan krisis sosial. Munculnya gerakan yang bersifat keagamaan mengiringi terjadinya krisis sosial yang dimaksud. Gerakan keagamaan tersebut dikenal dengan istilah crago cults, mesianic movement, nativistic movement, gerakan ratu adil. Gerakan keagamaan ini memiliki aspek tertentu, yaitu: aspek keagamaan, aspek psikologis, aspek ratu adil dan aspek keaslian kebudayaan.


Daftar Pustaka
  • Dyson, L, dkk. (1997). Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Citra Media
  • Kartono, kartini. (1992). Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press
  • Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
  • Kroeber dan Kluckhohn. (1952). The Concept of Culture: A Critical Review of Definitions. Paper of the Pesbody Musseum Harvard University Vol. XLI
  • Widagdho. (1991). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
  • Peursen, Van C.A. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pengertian, Wujud & Nilai, Tahap Dan Proses Kebudayaan"